Senin, 05 Juli 2010

PERHATIKAN ANAK YANG HIDUPNYA BAHAGIA

Siang itu di tempat wisata yang baru dibuka di Semarang, Water Blaster.... wisata air yang jelas bikin anak-anak ga bisa cuma sebentar. Hari itu , penuh ... nyaris mirip cendol. Aku duduk dipojok sambil menikmati ice cream 'gelatto' katanya bahasa Italia tapi klo menurut aku yang wong Jowo ya... 'JILAT TO!" nyaris begitu kedengarannya. Tiba-tiba datang seorang ibu muda datang bersama gadis kecilnya tergopoh-gopoh dengan tas super besar berisi ... pakaian berenang, handuk , de-el-el lah. Wah pokoknya semua yang berurusan dengan berenang.

Mereka mengambil tempat disebelahku ... sssttt , nguping pembicaraan mereka.
"Sayang, Ibu ga ikut berenang ya..., barang-barang kita banyak. Siapa yang bakal ngejagain ini semua??!", kata si ibu sambil nyengir, hmm .. mungkin keberatan tas ya??
Wajah si anak agak berkerut, kira-kira anak itu berumur 6 tahun. "Ga apa-apa, ibu tunggu disini aja, aku main disana. Ibu ga usah cemas, aku pasti dapet teman, teman baru disana", kata si gadis sambil menunjuk segerombolan orang-orang yang sedang bermain air.
Tidak lama, si gadis kecil sudah menyatu dengan air dan segerombolan orang-orang yang bermain.
Hampir setengah jam, si kecil belum juga mendekati sang ibu.
Aku perhatikan wajah ibu muda ini tenang, dan sabar menunggu, sesekali menggeser duduknya karena terkena cipratan dari air pancuran di sebelahnya. Tidak kutemukan wajah cemas karena si gadis bermain sendiri. Beberapa saat kemudian datang si gadis, " Ibu... buuuu ..... aku boleh bermain kesana. Ini teman baruku , Maya. Maya ini ibuku!", katanya bersemangat."Aku main laginya...!!"
Ternyata teman barunya itu datang bersama adik dan ayahnya. Jadilah, ayah teman barunya itu mengasuh 2 anaknya ditambah si gadis.

Luarbiasanya si gadis, begitu mudahnya menjalin komunikasi dan sangat percaya diri.
Sambil menghabiskan sendok terakhir "Jilati to" - ehh... gelalto ku, aku sempet berpikir bahwa ibu ini pasti memperlakukan si gadis sebagai pribadi yang mandiri. Memberikan kepercayaan dalam beberapa hal sesuai dengan usianya , so si gadis tumbuh sebagai dirinya karena orang sekitarnya percaya bahwa dia mampu. Sesungguhnya ini bagian dari pemberdayaan diri anak.

Anak yang dalam perjalanan menuju pemberdayaan, menikmati diri mereka hampir dlam segala situasi. Mereka merasa hidup ini menyenangkan, bukan suatu yang harus ditakuti atau dikuasai. Mereka akan berbagi dengan mudah dan membuka diri untuk menjalin komunikasi dengan orang lain karena tidak merasa takut.

Hmmmm ...